“MENINGGALKAN
DENGAN ALASAN”
KARYA
ARIF WIBOWO
Semua
berjalan baik – baik saja, dia sudah berjanji tidak akan meninggalkanku apapun
yang terjadi. Aku memang orang yang sederhana pendidikan hanya sampai SMA, anak
tunggal dari seorang ayah petani dan ibu pejahit. Berbeda dengan dia yang sekarang sedang kuliah
S1 manajemen di universitas ternama, ayah dan ibunya sejak dulu sudah kaya
raya, memiliki berbagai usaha kuliner dan toko yang besar didesanya. Arinda
terkenal sebagai gadis yang pintar sehingga banyak laki – laki yang kaya dan
berpendidikan mendekatinya namun tetap saja dia memilihku dan menjalin hubugan
yang spesial denganku meskipun hubungan ini masih kita rahasiakan dari
orangtuanya.
Tepat
dihari jadi kita yang ke 2 tahun, kita bertemu disebuah taman kecil dekat
rumahnya, aku tidak memiliki firasat apapun tentang hubungan kita ini, dia
berkata bahwa dia telah dijodohkan dengan laki – laki yang kaya raya dan
berpendidikan tinggi oleh orang tuanya dan diapun tidak dapat menolaknya. “Tapi
kamu sudah berjanji akan bersamaku dan tidak akan meninggalkanku”. “Aku mohon
maaf mas, ini semua juga demi kebaikanku, aku tidak bisa terus bersamamu mas
diriku juga tidak bisa melawan takdir”.
Ternyata
semua wanita itu sama, dia tidak akan memilih laki – laki dengan segala
kekurangannya, aku sakit hati dengan seseorang yang sangat aku cintai aku
berusaha melupakan dia untuk selamanya dan memperbaiki kehidupanku sendiri.
Semua tentang dirinya aku kubur dalam – dalam. Di desaku aku berjuang mati –
matian untuk sukses agar tidak ada lagi wanita yang meremehkanku dan merendahkanku
hanya karena aku adalah orang miskin yang berpendidikan rendah. Aku tekun ikut
bekerja sebagai salah satu buruh tani Pak Kades disini, mengabdi kepada beliau
agar aku dapat mengubah nasibku sendiri. Sebagai salah satu buruh yang tekun
aku mulai dikenal oleh Pak Kades bahkan kini aku sudah bukan lagi buruh tani
lagi setelah aku dipercaya sebagai pengawas produksi coklat kini aku tidak
perlu lagi bersusah payah mengeluarkan keringat untuk bekerja.
Keadaan
ekonomi orang tuaku juga semakin membaik, tabungan yang aku simpan sudah
terkumpul banyak, kesuksesanku ini karena sakit hatiku kepada dia, seorang
wanita yang meninggalkanku hanya karena materi saja. Kini akau sudah sukses
wanita yang manapun aku bisa memilih. Namun karena sakit hatiku pada Arinda aku
ingin menemuinya dulu agar aku dapat menunjukan kepadanya dan orang tuanya
bahwa aku bisa menjadi orang sukses meskipun pendidikanku rendah dan semuanya
serba kekurangan.
Mobil
aku nyalakan, masih teringat dulu ketika aku mengayuh sepedah selama 2 jam
hanya demi bertemu dengan dia pujaan hatiku yang menghianati perkataannya
sendiri. Setelah sampai disana pemandangan terlihat berbeda toko besar yang ada
didepan rumahnya sudah tutup, mungkin saja tokonya sudah bangkrut. 2 tahun aku
tidak pernah kesini kenangan yang aku ingat adalah saat aku harus pura – pura
membeli sesuatu ditoko besar milik orangtuanya agar aku dapat bertemu dengan
Arinda.
Rumah
sore itu nampak sepi, aku mengetuk pintu namun tidak ada tanda – tanda kalau
didalam rumah ada orang namun akau memutuskan untuk menunggu sebentar. Ayah dan
Ibunya Arinda datang dengan motor jadul dan pakaian mereka sangat kumuh sekali
berbeda dengan keadaan mereka dulu. Ibunya berkata “Ini nak Bani ya ?,
bagaimana kabarnya ? kenapa lama tidak kesini ?”. Aku tidak bisa menjawab
pertanyaan Ibunya, kenapa Ibunya mengenalku bahkan aku tidak pernah dikenalkan
oleh Arinda. Setelah Ayah Arinda menyuruhku masuk aku melihat sekeliling rumah
sangat kotor dan kumuh bahkan lebih buruk dari rumahku dulu ketika aku miskin. “Maksud
kedatangan sayan disini untuk menanyakan bagaimana kehidupan Arinda apakah dia
bahagia dengan suaminya ?”. Ibunya mengeluarkan air mata mungkin saja dia
tersinggung dengan pertanyaanku yang bernada tinggi tersebut. “Dulu Arinda
meninggalkanku hanya karena aku adalah orang yang miskin dan berpendidikan rendah,
dia terpaksa memilih laki – laki yang dipilihkan oleh orang tuanya dan
mementingkan kebahagiaan materi”.
“Saya
titip salam saja sama anak Ibu dan Bapak, kalau saya sekarang berbeda dengan
yang dulu, saya sudah sukses dunia berputar lihat kondisi keluarga Ibu dan
Bapak saat ini”. Tak lama kemudia dengan nada sedih ayah Arinda menjawab dengan
nada sedih “Arinda sudah tidak ada nak, tepat hari ini 1 bulan meninggalnya”.
Dunia rasanya hancur seketika sebenarnya apa yang terjadi membuatku binggung,
dia meninggalkanku tanpa alasan yang jelas dan setelah 2 tahun aku tidak bertemu dengan dia
ternyata dia sudah meninggal. Ibunya berkata “Arinda sakit kanker otak, bahkan
setelah semuanya habis terjual demi pengobatannya dia bahkan tak sembuh juga,
mungkin tuhan lebih sayang dengan Arinda”. Diriku semakin bersedih melihat air
mata Ibu Arinda bercucuran, aku yang awalnya berdiri berusaha duduk tenang.
“Bagaimana dengan suaminya ? apalah dia meninggalkannya karena dia sakit ?
ayahnya menjawab “Arinda tidak pernah menikah sebelumnya, dan dia berkata tidak
pernah ingin menikah dengan siapapum”
Aku
tidak paham dengan semua ini, sampai ibunya memberikan surat terakhir dari
Arinda yang ditulis sebelum meninggal, ibunya berkata bahwa jika ada Bani
kesini dan saya sudah tiada dia minta tolong untuk memberikan surat tulisan
tangannya kepadaku, aku mulai membaca surat tersebut.
Untuk Bani kekasihku
Jika kamu membaca surat ini, mungkin semuanya sudah
terjadi dan kita tidak bisa bersama lagi.
Aku memutuskan hubungan kita bukan karena sebuah alasan
yang kukatakan padamu kala itu, itu sama sekali tidak benar aku berbohong
padamu, aku merahasiakan hubungan kita dari orangtuaku karena aku takut
mereka tidak merestui hubungan kita itu juga bohong.
Sejak dulu aku sudah memberitahu kepada orangtuaku ada
seorang laki – laki hebat yang membuatku merasa hidup lebil lama didunia
yaitu kamu.
Aku tidak ingin bahwa orang yang aku cintai ikut turut
memikirkan diriku yang tak berdaya melawan sakit kanker otak ini. Aku
berharap kamu melanjutkan kehidupanmu sendiri dan aku juga melanjutkan sisa
hidupkju sendiri tanpa harus merepotkan orang yang aku sayangi, aku takut
kamu sedih dengan keadaanku saat ini dan aku tidak mau itu terjadi aku takut
bahwa impianmu untuk sukses akan terkubur dalam – dalam setelah kamu
mengetahui umurku tidak panjang lagi.
Bani, temukanlah kebahagiaanmu sendiri, carilah
kebahagiaanmu tanpa diriku aku percaya orang yang tekun dan gigih sepertimu
pasti bisa sukses, wanita mana yang tidak suka denganmu. Kamu mencintai
seseorang dengan sederhana dan apa adanya. TERIMA KASIH telah membantuku
berjuang melawan penyakit ini lebih lama.
Arinda
|
Setelah
membaca surat tersebut, seketika diriku manjadi rapuh, dia ternyata adalah
wanita yang luar biasa, dia bisa membuatku sukses, dia bisa membuatku menemukan
kehidupanku yang lebih baik tanpa sengaja air mataku membasahi surat dari
wanita yang sangat aku cintai, setelah aku berpamitan kepada kedua orang tua
Arinda, aku pulang dan aku menghapus semua kesombongan yang ada pada diriku
saat ini, aku ingin menjadi seorang laki – laki biasa seperti dulu, laki – laki
sederhana yang dicintai oleh seseorang tanpa memandang apapun. Aku memang
berpikiran bahwa Arinda adalah wanita yang juga memandang segalanya dari
materi, wanita yang menghianati perkataannya sendiri ternyata semua itu salah
dia menginginkan agar aku tidak terpuruk dan mendapatkan kehidupan yang lebih
baik. Aku yang merasa sakit hati dengan dia namun ternyata sakit hatiku inilah
yang membuatku berubah. Ternyata selama ini dia meninggalkanku dengan alasan
itu semua, selamat jalan Arinda terima kasih atas segalanya.
No comments:
Post a Comment