Dahulu kala ada dua desa yang tidak
pernah akur sama sekali yaitu Desa Suleng dan Desa Trapet, para penduduknya
selalu sibuk untuk memperkaya dirinya sendiri, tidak pernah saling membantu
sama lain dan salah satu pantangan yang sangat dilarang adalah jika penduduk Desa Suleng dan Desa Trapet menikah akan terjadi bencana besar yang akan
menghancurkan desa mereka.
Konon seorang gadis anak salah satu
bangsawan Desa Suleng yang bernama Putri Gayam diam-diam menjalin hubungan
cinta secara sembunyi-sembunyi dengan salah satu pemuda pengembala kambing
bernama Bucu.
Mereka berdua selalu menyempatkan waktu
untuk bertemu di perbatasan desa mereka yaitu di sungai yang memisahkan desa
mereka. Namun pada suatu hari ketika mereka bertemu salah satu pegawai di rumah
Putri Gayam mengetahui bahwa Putri Gayam telah bertemu dengan salah satu
penduduk miskin dari Desa Trapet yang bernama Bucu. Ayah dari Putri Gayam pun
tidak terima dan seketika itu membawa Putri Gayam dan mengurungnya dikamar
sehingga mereka tidak dapat bertemu lagi.
Warga Desa Trapet sudah mengetahui bahwa
Bucu menjalin hubungan cinta dengan Putri Gayam, hal ini membuat seluruh warga Desa Trapet murka, karena sudah pantangan dari nenek moyang mereka bawa tidak boleh
antara Desa Suleng dan Desa Trapet untuk menjalin hubungan kekerabatan apalagi
mereka saling mencintai.
Pada malam hari seluruh warga Desa
Trapet mengepung Bucu untuk di adili, dia yang anak yatim piatu sangat
ketakutan dan meminta maaf namun tiada maaf bagi warga yang sudah melanggar
pantangan yang ada saat ini. Bucu lalu diseret diujung desa dan dibakar dalam
tumpukan kayu lalu ditimbun oleh batu besar sehingga seketika musnah tanpa
meninggalkan jejak.
Tidak lama kabar kematian Bucu terdengar
ditelinga Putri Gayam, dia merasa bahwa semua pemikiran warga Desa Suleng dan Desa Trapet sangatlah tidak masuk akal, mereka yang seharusnya saling menolong dan
membantu tapi malah bermusuhan hanya karena alasan bahwa hal tersebut sudah
terjadi sejak dulu. Dia sangat kecewa dan berlari menuju Desa Trapet untuk
mencari tempat dimana Bucu meninggal. Ditengah perbatasan Desa Suleng dan Desa Trapet Putri Gayam memohon kepada Tuhan bahwa ini adalah hal yang sangat tidak
adil. Putri Gayam meminta agar warga Desa Suleng dan Desa Trapet dapat
disatukan agar tidak ada lagi pantangan-pantangan yang membuat dua desa
tersebut saling menjauh.
Tiba-tiba angin berhembus kencang
membuat Putri Gayam terhempas dan jatuh disungai semua warga desa panik dan
ketakutan, angin yang sangat kencang berhembus dari Desa Suleng dan Desa Trapet
saling bertabrakan sangat kuat sehingga membuat dua desa tersebut menjadi satu,
sungai yang ada sudah tertimbun dengan seluruh tanah yang berasal dari dua desa
tersebut, Putri Gayam pun tewas tertimbun tanah tanpa dapat diselamatkan,
seluruh warga panik mereka semua berkumpul di sungai yang telah tertimbun tanah
sehingga menyatukan desa mereka. Kejadian tersebut membuat para warga tersadar
bahwa mereka harus bersatu meskipun mereka berbeda desa, semua warga saling memaafkan
dan tidak ada permusuhan lagi sampai sekarang. Kini desa tersebut diberi nama
Sembungin (disembung angin) yang artinya disambung angin, Desa Suleng dan Desa Trapet
tetap ada namun hanya menjadi dusun, lokasi meninggalkanya Putri Gayam tumbuh
pohon yang sangat besar yang sekarang menjadi kuburan, sedangkan Bucu dikenang
sampai sekarang yaitu Watu (batu) Bucu , tempat dimana Bucu diadili oleh warga
desa Trapet, Watu Bucu berada di selatan SDN Sembungin 1.
SEKIAN …
pean asli mana mas? itu sumbernya darimana mas? bukti penelitian yang mendukung cerita versi di atas apa aja? sudah sowan/kulonuwun dg para sesepuh kedua desa yg masih hidup ato blm?
ReplyDeleteWkwkwkwk.....gtu yaaa
ReplyDeleteKulo asli sembungin cuman sekarang posisi lgi di kslimantan
ReplyDeleteKulo asli sembungin cuman sekarang posisi lgi di kslimantan
ReplyDeleteSampai sekarang desa suleng dan trapet masih gk bisa akur khususnya para (pemuda&pemudi)nya
ReplyDelete